Taksonomi Ikan Patin Siam
Klasifikasi ikan patin menurut Rainboth (1996) dalam
Ayu,
dkk. (2005) adalah Filum: Chordata,
Kelas : Pisces,
Sub Klas:
Teleostei,
Ordo: Ostariophysi, Famili:
Pangasidae,
Genus: Pangasionodon, dan Spesies: Pangasionodon hypopthalmus
Morfologi Ikan Patin Siam
Bagian punggung terdapat
sirip yang dilengkapi dengan 7 – 8 buah jari – jari. Sebuah jari – jari
bersifat keras yang dapat berubah menjadi patil yang bergerigi dan besar di belakangnya. Sementara jari – jari lunak
sirip punggung terdapat 6 - 7 buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak yang
berukuran kecil. Sirip ekornya membentuk cagak dan bentuknya simetris, sirip
duburnya panjang terdiri dari 30 - 33 jari-jari lunak, sedangkan sirip perutnya
memiliki 6 jari – jari lunak. Sirip dada memiliki 12 - 13 jari – jari lunak dan
sebuah jari – jari keras yang berubah menjadi senjata yaitu patil (Mustofa, 2010).
Pada
saat masih berukuran kecil (5-12 cm), patin dapat dipajang di akuarium sebagai
ikan hias. Tubuhnya terlihat seperti ikan lele, warnanya perak mengkilap, dan
gerakannya lincah. Walaupun terkesan galak, patin tergolong ikan yang cukup
jinak, karena bentuknya yang unik seperti ikan hiu, maka ikan patin juga dikenal dengan sebutan Siamese shark (hiu siam).
Siklus Hidup
Patin adalah ikan sungai,
muara-muara, dan danau. Ikan patin di alam bebas biasanya sembunyi di dalam
liang – liang di tepi sungai atau kali dan menetap di dasar perairan
(domersal). Ikan ini baru keluar dari liang pada malam hari (nocturnal). Di
alam ikan patin bersifat karnivora (saat larva), tetapi di tempat pemeliharaan
(budidaya) bersifat omnivora (pemakan segala). Makanan yang disukainya Brachionus sp., Crustacea, Cladocera. Larva
patin dapat hidup sampai salinitas 5 ppt, larva yang baru habis kuning telurnya
mempunyai sifat kanibal yang tinggi (Mustofa, 2010). Induk Patin siam sudah mulai dapat
dipijahkan setelah berumur 4 tahun dan memijah pada musim hujan. Patin siam
merupakan ikan sungai yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, seperti Thailand,
Kamboja, Laos, Burma, dan Vietnam. Ikan patin hidup disungai yang dalam, agak
keruh, dasar berlumpur.
Tingkah Laku
Ikan
patin sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air, artinya ikan patin ini
dapat bertahan hidup baik pada kisaran pH 5 – 9, kandungan O2 terlarut yang
dibutuhkan berkisar antara 3 – 6 ppm, CO2 yang bisa ditoleran
berkisar antara 9 – 20 ppm, alkalinitasnya antara 80 – 250, suhu air media
pemeliharaan yang optimal berkisar antara 28 – 300 C.
Pustaka
Ayu, W. Azizizah. Abidin, J. dan Suhendi. 2005. Pemanfaatan Kombmasi Ekstrak Daun Ketapang Terminalia Catfapa
L. Dan Bawang Putm Allium Safivum Sebagai Antibiotik Alami Untuk Pencegahan Dan Pengobatan
Serangan
Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Patin
Pangasionodon
Hypopthalmus. Laporan Akhlr. www.
Googel.com. Pemanfaatan Kombinasi
Ekstrak daun Ketapang_abstract. Pdf. (29 Juli 2011)
Mustofa, F. 2010. Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus). http://fauzan-mustopa.blogspot.com/2010/10/ikan-patin-siam-pangasius-hypophthalmus.html. (24 Maret 2011)
Mustofa, F. 2010. Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus). http://fauzan-mustopa.blogspot.com/2010/10/ikan-patin-siam-pangasius-hypophthalmus.html. (24 Maret 2011)
No comments:
Post a Comment